Tampilkan postingan dengan label Entomologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Entomologi. Tampilkan semua postingan

Minggu

Anti Nyamuk Alami Buatan Indonesia.

           Setiap tahunnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) menyerang masyarakat di Tanah Air. Meski ada cara untuk menghindari dan mengobati penyakit ini, korban jiwa akibat DBD tak terelakkan juga. Kondisi ini menginspirasi siswa/siswi SMA Taruna Nusantara, Magelang, untuk sedikit menunjukkan baktinya kepada negara dengan meminimalisasikan jumlah penderita DBD. Sumbangsih ini mereka wujudkan dengan jalan mencari obat antinyamuk yang murah tapi efektif.             Eddyman Kharma, Intan Elfarini dan Kanaka Sundhoro, pelajar SMA Taruna Nusantara, berupaya menawarkan cara membasmi nyamuk dengan murah, alami dan efektif. Temuan itu bukan serta-merta datang begitu saja, namun telah melewati penelitian ilmiah yang rumit dan panjang. Karena itulah, setelah dilombakan dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), karya ilmiah berjudul “Eksplorasi Bunga Sukun sebagai Pengganti Isi Ulang (Refill) Obat Nyamuk Elektrik” itu menyabet juara pertama.
            Menurut Eddyman Kharma, karya ilmiah yang diikutkan lomba itu merupakan sebuah usaha generasi muda dalam menjawab dan menanggapi kondisi kesehatan yang tengah dialami bumi Nusantara ini, khususnya masalah yang muncul karena nyamuk.
            Dikatakan siswa kelas tiga SMA itu, di tengah masyarakat yang terancam serangan nyamuk demam berdarah, tentunya kian banyak pula produsen obat antinyamuk yang menawarkan produk unggulannya. “Sayangnya, produk yang dikeluarkan sebagian besar perusahaan obat antinyamuk itu tidak ramah lingkungan dan bahkan bisa mengganggu kesehatan pemakainya. Ini dikarenakan sebagian besar obat antinyamuk mengandung bahan kimia sintetis berkonsentrasi tinggi, yaitu propoxur dan transfluthrin yang bisa menyebabkan kerusakan sel syaraf, bahkan kematian”, kata Eddyman sambil menegaskan bahwa obat antinyamuk temuannya, yang berbahan dasar buah sukun (Artocarpus communis) sebagai cara alami mengusir nyamuk yang tidak berefek buruk pada kesehatan penggunanya.
          Dalam penelitian ilmiahnya, ketiga pelajar SMA itu membandingkan keefektifan objek penelitian mereka dengan salah satu obat antinyamuk elektrik ternama. Setelah melalui uji laboratorium, kata Eddyman, obat antinyamuk temuannya justru lebih efektif dan lebih tahan lama ketimbang obat antinyamuk elektrik pembanding.
“Hasil penelitian kami menyebutkan bahwa bunga sukun dapat digunakan sebagai penolak nyamuk, sekaligus bisa membunuhnya. Setelah dibandingkan dengan obat nyamuk elektrik, temuan kami lebih efektif dan tahan lama, dan tentunya lebih ekonomis”, kata Eddyman menjelang pemaparan karya ilmiahnya di muka dewan juri, awal Desember lalu.
           Dalam presentasi penelitian itu di kampus LIPI, Eddyman dan teman-temannya mengemukakan bahwa sukun memiliki banyak kegunaan, namun saat ini kebanyakan orang masih memanfaatkan sukun sebatas pada konsumsi buahnya sebagai sumber gizi dan pengobatan penyakit jantung, penyakit kulit, diare, diabetes, sakit kepala, sakit gigi, herpes, hipertensi, kelainan tulang dan sembelit.
“Setelah melewati uji pustaka, diketahui bahwa bunga sukun mengandung zat kimia yang diperkirakan bisa mengusir bahkan membunuh serangga, namun aman bagi manusia”, kata Eddyman di depan juri.
Adapun proses pembuatan obat antinyamuk  yang aman bagi lingkungan dan murah ini, kata Eddyman, tidak terlalu sulit. Bunga sukun dijemur sampai kering, lalu ditumbuk sampai halus. Selanjutnya serbuk bunga sukun itu dibungkus dengan kertas tisu, sehingga bentuknya seperti pelat obat antinyamuk elektrik.
“Berat isi bungkusan ada yang 300 mg, 500 mg dan 700 mg”, katanya di depan juri.
Langkah selanjutnya adalah menetesi bungkusan serbuk bunga sukun itu dengan air sebanyak 1 ml. Sekitar 1,5 jam berikutnya, ulangi lagi meneteskan air dalam jumlah yang sama ke bungkusan itu. Setelah kering, letakkan bungkusan tersebut pada mesin elektrik pembasmi nyamuk. “Untuk alat elektrik ini, kami masih menggunakan produk yang dibuat pabrik”, kata Eddyman. Kemudian alat elektrik tersebut dinyalakan di dalam sebuah kotak berisi delapan ekor nyamuk. Dalam waktu 10 sampai 20 detik, nyamuk terlihat menghindar, lalu satu menit setelah obat antinyamuk dari bunga sukun tsb dinyalakan, nyamuk mati.
Hasil yang didapat, obat antinyamuk dari serbuk bunga sukun lebih tahan lama ketimbang produk keluaran pabrik. Bungkusan tisu berisi serbuk bunga sukun yang telah ditetesi air sebanyak 12 x 1 ml air setiap 1,5 jam efektif menolak nyamuk selama dua hari. Sementara produk pembasmi nyamuk elektrik merek tertentu hanya mempunyai tingkat keefektifan sekitar delapan jam.
“Hasil lain yang kita dapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa bunga sukun yang digunakan sebagai penolak nyamuk lebih ramah lingkungan, karena bahan-bahan yang dikandungnya tidak bersifat racun terhadap manusia. Selain itu produk inovatif dari kita ini lebih ekonomis dan bisa terjangkau oleh semua kalangan, terlebih bagi mereka yang di dekat rumahnya ada pohon sukun. Aroma dari obat antinyamuk kita ini juga tidak menimbulkan bau yang mengganggu kok”, kata Eddyman usai penetapan kelompoknya sebagai juara pertama dan mendapatkan hadiah uang ditambah beasiswa setiap bulan selama satu tahun dari PT Asuransi Jiwa Bumiputera (AJB). [m7]
Sumber: Harian Warta Kota, 17 Desember 2005.

Jumat

Hama Dan Penyakit Tanaman Karet

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Sejarah karet
Karet pertama kali diperkenalkan orang indian dari peru dan dibawa orang perancis. Karet yang diambil de la Condamine berasal dari jenis Casilloa elastica Cerv. Aublet (1775), termasuk dari 11 spesies yang termasuk karet. Permintaan terhadap karet untuk dijadikan jas hujan, sepatu bot dan semakin berkembang setelah vulkanisasi oleh Good Year pada tahun 1893 di USA. Proses vulkanisasi yang mencampur karet dengan belerang telah membuat revolusi industri berjalan pesat dengan jumlah dan mutu karet yang lebih meningkat.
Pertumbuhan dan perkembangan karet setelah ditanam memerlukan beberapa perlakuan sebagai berikut: penyiangan sekitar pohon, serta penyiangan gawangan. Disamping itu pemberantasan lalang dengan cara pembakaran, pencangkulan, pembajakan dengan traktor, kimiawi, mekanika dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman sangat memegang peranan penting bagi perawatan tanaman karet.
Yang temasuk jenis-jenis hama tanaman karet yang sering dijumpai di TBM dan pembibitan adalah tungau (mites) dan rayap yang mengganggu pertumbuhan tunas atau pucuk yang br tumbuh. Tanda-tanda tanaman karet yang terkena hama sangat spesifik tergantung jenis hamanya. Jenis-jenis hama dan cara pemberantasannya adalah dilakukan secara spesifik, simultan dan berkesinambungan dengan cara kultur teknis, mekanis, kimiawi dan biologi kontrol.
 


BAB II
ISI

v     Jenis-jenis Hama Dan Penyakit Tanaman Karet
  1. Kutu lak (laccifer greeni Chamberlis) menyerang dan menghisap cair jaringan tanaman karet sehingga ranting-ranting lemah dan menggugurkan daun, terbentuknya jelaga hitam pada permukaan daun dan menghambat fotositesis. Penyebaran kutu lak dilakukan oleh semut. Pemberantasan dilakukan menggunakan kimiawi (Anthio 3 EC=0,15%+Surfaktan Citrowett=0,025%, Albolineum 2%, Formalin 0,15%) atau rotansi 3 minggu sampai dengan serangga habis dibasmi
  2. Kutu Scalle insect (Saissetia nigru) yang menghisap cairan tanaman dan diternakan oleh semut. Pemberantasan menggunakan Albolineum (2%) disemprot dengan rotasi 1-2mg, Tamorun (0.05-0.1%) disemprot dengan rotasi 1-2 minggu sampai serangga hilang.
  3. Mealy Bugs (Ferrisana Virgata) yang menyerang pucuk daun tanaman mudah dan bagian bawah helaian daun tanaman di pembibitan. Manakalah Planococcuc citri menyerang pucuk-pucuk mudah, tanaman melengkung dan daun-daum keritimg. Pemberantasan menggunakan Albolineum dan Tamorun.
  4. Nacoleia (lamroserna diemenatis) merupakan kutu penyerang daun tanaman yang diberantas  menggunakan Bidrin=0.2% + Citrowett=0.025%
  5. Tarsonemus translucens (tungau karet) yang menyerang didaerah persemian sehingga bibit gugur pada daun muda. Tungau ini mneghisap cairan sel yang membentuk bintik-bintik kuning pada daun muda. Tindakan kuraktif dilakukan dengan blowing (serbuk belerang 5-10 kg/hektar), model 1% (dosis 300-400 liter/hektar), Endrin 19.2%, EC kadar 0.1% dengan volum cairan 500 liter/hektar.
  6. Helotrichia serrata (uret tanah) yang menyebabkan tanaman menjadi layu, berwarna kuning bahkan mati. Penyemprotan Endosulfan 0.1%, Furadan 3G, Diazinon 10G atau Basudin !)g disekitar batang.
  7. Belalang (Sexava nigricornis) menyerang tanaman muda dengan memakan daun-daun terutama pada musim kemarau. Pemberantasan menggunakan Dictophos dan Methony.


  1. Rayap (Captotermis curvignatus dan microtermes inspiratus) menyerang tanaman baru tanam (MTB). Captotermis dibandingkan dengan microtermes berbeda dengan ukuran dan daya rusak serangganya. Tanaman kater yang luka akibat serangga hama diulas dengan carbolinium. Pemberantasan Captotermis menggunkan elumsi HCH, Dieldrin (0.25%), Elmusi Aldrin 40%, WP 0.125%, Endrin 20%, Furadan 3G, Agrolene 26, WP 0.2% Lindamul 250, EC 0.2%, EG sepertiga persen sebanyak setengah liter sampai sati liter bagi tiap pohon karet yang terserang. Manakahlah batang bawah atau lehar akar dikikis atau dikerok dan membuang tanahnya lalu diguyur dengan Aldrin (0.25%) dengan rotasi 1 kali seminggu hingga rayap musnah. diAfrika Selatan menggunakan 5% campuran Pentachloorpenal dan solar yang disiram pada pangkal batang yang terserang.

v     Jenis-jenis Penyakit Pada Tanaman Karet

1.      Penyakit Akar
·        Penyakit Akar Putih
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggultunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir. Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
·        Penyakit Akar Merah
·        Penyakit Akar Coklat

2.      Penyakit Batang
Busuk pada batang, menyerang sistem percabangan lambat laun cabang daun akan turun dan akibatnya percabangan itu akan patah.
·        Jamur Upas
Penyebab: Cortisium salmonicolor
Gejala: Tajuk pada dahan / cabang akan layu sehingga tanaman  lemah dan produksi turun.
Pengendalian: Secara kimiawi luka akibat serangan dilumas dengan fungisida bahan aktif tridermof (Calizin Rm 2%).

3.      Penyakit Bidang Sadap
Penyebab: Ceratocystis Fimbriata
Gejala: Menerang kulit bidang sadapan yaitu timbul selaput benang berwarna putih kelabu lalu. Penyebaran melalui spora spora dan pisau sadap.
Pengendalian: Secara mekanis dengan mengurangi kelembaban. Secara kimiawi dengan Fungisida bahan aktif benomil dan Kaptofol.
·        Muldy rot
·        Kanker Garis
Penyebab: Phytophthora palmivora butl
Gejala: Bidang sadapan terdapat garis vertikal berwarna hitam dan bisa masuk sampai kebagian kayu dan kulit membusuk. Banyak timbul dimusim penghujan dan kebun yang terlampau lembab Makin rendah irisan, kemungkinan infeksi makin besar.
Pengendalian: Secara mekanis penjarangan pemangkasan pelindung, penanaman penutup tanah. Secara Kimiawi dengan Fungisida (B.a. Kaptofol)
·        Alur Kering Sadap
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemu-dian dalam beberapa minggu saja kese-luruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk gum (blendok)
              
Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman.
Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek. Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4). Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.
4.      Penyakit Daun
·        Bercak hitam-hitam kecoklatan
·        Penyakit Daun Colletotrichum
Penyebab: Colletotrichum gloeosporioides
Gejala: Daun muda cacat dan gugur, pucuk gundul daun bercak coklat, ditengah bercak berwarna putih bintik hitam (spora)
Pengendalian: Dengan Fungisida

Faktor Yang Mempengaruhi Hama Dan Penyakit Tanaman Karet

Maslah hama berkaitan dengan populasi. Tinggi rendahnya populasi serangga hama disuatu tempat disebabkan oleh dua faktor. Yaitu faktor luat eksternal dan internal.
1.      Faktor Eksternal
·        Suhu / Temperatur yang mempengaruhi aktivitas dan penyebaran geografis/ lokal dan perkembangan serangga. Suhu maksimumC , suhu optimum 26C -31C dan suhu maksimim untuk pertumbuhan serangga berkisar 238C - 45C.
·        Kelembaban yang mempengaruhi cairan tubuh serangga. Prefensi serangga terhadap tempat hidup dan persembunyian (terutama: iklim mikro) dengan Rh optimum sebesar 73-100%.
·        Cahaya mempengaruhi perilaku serangga. Ada sebagian serangga akan mempercepat masa produksinya pada musim kering, manakalah sebagian serangga lainnya akan melakukan diapause pada musim kering.
·        Curah Hujan penyebab RH meningkat, entomopatogen yang ada diareal perkebunan dapat berkembang dengan baik. Tetepi hujan lebat akan menyebabkan tenah terendam sehingga banyak serangga tanah akan mati.
·        Makanan (Nutrusi) banyak tersedia didaerah tropis dan plasma nutfah yang beranekaragam, seperti kayu/bahan utama selulosa untuk rayap banyak ditemukan dihujan tropis di Indonesia.


·        Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air merupakan kebutuhan multak bagi organisme hidup. Bagi tumbuhan dalam pertumbuhan, perkembangan dan penyebaran biji. Manakalah bagi hewan dan manusia, air diperlukan untuk air minum dan sarana pendukung lainnya. Bagi unsur abiotik lainya (tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk).
·        Garis Lintang sangat mempengaruhi perbedaan distribusi organisme dipermukan bumi. Dan organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu.

2.      Faktor Internal
·        Fekunditas (kemampuan untuk bertelur imago betina)
·        Siklus hidup
·        Kecepata Repoduksi
·        Musuh Alami berperan penting dalam menekan populasi hama. Musuh alami serangga dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu predator mangsa dan parasitoid inang. Entomopatogen (seperti jamur, virus, dan bakteri) sendiri akan menimbulkan penyakit dan berbahaya bagi kehidupan organisme.
·        Kompetitor. Apabila terjadi jenis lain atau individu lain yang membutuhkannya sama disuatu tempat yang sama maka akan terjadi kompetisi. Kompetisi terbagi atas intraspesifik menyebabkan pemancaran dan perkelahian atas kompetisi intraspesifik (hama berbeda dengan sumber makanan  sama).

Penutup

Demikianlah hasil laporan ini saya buat untuk mengetahui hama dan penyakit pada tanaman karet. Pada tanaman karet ini banyak penyakit dan hama diantaranya adalah penyakit akar putih dan penyakit kering alur sadap. Penyakit ini yang sering terjadi pada tanaman karet. Dan hama yang sering dijumpai adalah babi hutan pada saat tanaman karet baru ditanam, kutu lak yang menghisap cairan jaringan tanaman karet yang dibantu/ perantara oleh semut. Dan rayap yang menyerang pada tanaman karet yang baru ditanam. Semoga laporan yang saya buat ini bisa membantu saya dalam mengetahui hama dan penyekit pada tanaman karet.


PERHATIAN !!!! : 
      Silahkan dicopy isi blog ini dengan menyertakan Alamat URL blog sebagai Referensi (Daftar Pustaka). Terima Kasih telah barkunjung,.. 
By : //Nando

Mekanisme Kerja Sayap Serangga

    Jika masalah penerbangan direnungkan, burung segera terlintas dalam pikiran. Namun, burung bukanlah satu-satunya makhluk yang dapat terbang. Beberapa jenis serangga juga dilengkapi dengan kemampuan terbang yang melebihi kemampuan burung. Kupu-kupu Raja dapat terbang dari Amerika Utara hingga ke pedalaman Benua Amerika. Lalat dan capung bahkan dapat tetap diam di udara.
Para evolusionis menyatakan bahwa serangga mulai terbang sejak 300 juta tahun yang lalu. Meski demikian, mereka tidak mampu memberikan jawaban tuntas terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti: bagaimana caranya serangga pertama membentuk sayap-sayapnya, memulai terbang, dan bisa diam di udara?
Evolusionis hanya menyatakan bahwa beberapa lapis kulit tubuhnya mungkin telah berubah menjadi sayap. Sadar akan tidak meyakinkannya pernyataan mereka, mereka juga menyatakan bahwa contoh bentuk-bentuk fosil yang menguatkan penilaian ini tidak tersedia lagi.
Padahal, rancangan sempurna pada sayap serangga tidak meninggalkan ruang bagi kejadian kebetulan. Dalam artikel berjudul "The Mechanical Design of Insect Wings (Rancang Gerak Sayap Serangga)," Ahli biologi Inggris Robin Wootton menulis:
           Makin baik kita memahami guna sayap-sayap serangga, makin canggih dan indah rancangannya terlihat… Bentuk-bentuknya umumnya dirancang dengan cacat sekecil mungkin; cara kerjanya dirancang untuk menggerakkan bagian-bagian rancangannya dengan cara yang terencana. Sayap-sayap serangga menggabungkan kedua hal ini menjadi satu, dengan menggunakan bagian-bagian rancangan dari beragam bahan lentur, yang terangkai secara sempurna untuk memungkinkan perubahan bentuk dalam menanggapi kekuatan yang tepat dan untuk menghasilkan pemanfaatan udara sebaik mungkin. Mereka malah sudah lebih dahulu mempunyainya, jika memang ada kesesuaiannya dengan teknologi. 4
Di sisi lain, tak ada satu bukti fosil pun untuk khayalan evolusi serangga. Inilah yang disebutkan oleh pakar ilmu hewan Prancis yang terkenal Pierre Paul Grassé ketika beliau menyatakan, "Kita berada dalam kegelapan ketika membahas asal mula serangga." 5 Sekarang mari kita teliti beberapa keistimewaan yang menarik dari makhluk-makhluk ini yang meninggalkan para evolusionis di dalam gelap gulita.
"Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Surat al Hasyr: 24)

Yang Mengilhami Helikopter : Capung
             Sayap capung tidak dapat dilipat pada tubuhnya. Selain itu, cara otot terbang digunakan ketika sayap bergerak, berbeda dengan kebanyakan serangga lainnya. Karena sifat ini, para evolusionis menyatakan bahwa capung adalah "serangga terbelakang."
Padahal sebaliknya, sistem terbang makhluk yang disebut "serangga terbelakang" ini tidak lain adalah keajaiban perancangan. Pembuat helikopter terbaik dunia, Sikorsky, menuntaskan perancangan satu dari helikopter mereka dengan menjadikan capung sebagai model. 6 IBM, mitra Sikorsky dalam proyek ini memulai dengan menempatkan suatu model capung ke dalam komputer (IBM 3081). Dua ribu jenis penggambaran khusus dilakukan di komputer dalam hal manuver (gerakan jungkir balik) capung di udara. Jadi, model helikopter Sikorsky yang ditujukan untuk pengangkutan tentara dan persenjataan telah dibuat berdasarkan contoh yang berasal dari capung.

                   Gilles Martin, seorang fotografer alam, telah melakukan pengamatan 2 tahun untuk meneliti capung, dan dia juga menyimpulkan bahwa makhluk ini memiliki cara terbang yang sangat rumit.
Tubuh capung menyerupai bentuk pilin yang terbungkus logam. Dua sayapnya saling silang pada badannya yang menampakkan bias warna dari biru muda hingga merah marun. Karena bentuk begini, capung dilengkapi dengan kemampuan manuver yang luar biasa. Tak peduli pada kecepatan atau arah bagaimana pun ia telah bergerak, capung dapat mendadak berhenti dan mulai terbang kembali dengan arah berlawanan. Atau, capung dapat tetap diam di udara untuk berburu. Pada kedudukan seperti itu, ia dapat bergerak dengan sangat cepat menuju mangsanya. Ia dapat mempercepat gerakannya hingga kecepatan yang sangat mengejutkan untuk seekor serangga: 25 mil per jam (40 kilometer/jam), yang dapat disejajarkan dengan seorang atlet lari 100 meter di Olimpiade dengan kecepatan 24,4 mil per jam (39 kilometer/jam).
Pada kecepatan ini, capung bertabrakan dengan mangsanya. Guncangan tabrakan ini sangat kuat. Namun, ketahanan capung sangat lentur sekaligus tahan terhadap benturan. Bentuk yang lentur dari tubuhnya meredam guncangan benturan. Sebaliknya, hal yang sama tidak akan terjadi pada mangsanya. Mangsa capung akan kehilangan kesadaran atau bahkan mati karena benturan itu.
              Menyusul benturan ini, kaki belakang capung berperan sebagai senjatanya yang paling mematikan. Kaki menjulur ke depan dan menangkap mangsa yang kaget, kemudian dengan tangkas dicabik-cabik dan dimakan dengan rahangnya yang kuat.
Penglihatan capung sama mengesankannya dengan kemampuannya menunjukkan manuver mendadak pada kecepatan tinggi. Mata capung diakui sebagai contoh terbaik di antara semua serangga. Capung memiliki sepasang mata, tiap matanya memiliki sekitar 30 ribu lensa berbeda. Dua mata nyaris bulat, masing-masing hampir separuh ukuran kepalanya, memberi serangga ini wilayah pandang yang sangat luas. Karena mata-mata ini, capung hampir selalu dapat mengetahui keadaan di belakangnya.
Karena itu, capung merupakan gabungan sistem-sistem, yang masing-masingnya memiliki bentuk tersendiri dan sempurna. Tidak berjalannya salah satu saja dari sistem-sistem ini akan merusak sistem yang lainnya juga. Walaupun begitu, seluruh sistem ini diciptakan tanpa cacat, sehingga makhluk ini tetap bertahan.
Sayap Capung
             Bagian tubuh yang paling penting dari capung adalah sayapnya. Akan tetapi, tidaklah mungkin menggunakan model evolusi perkembangan untuk menjelaskan cara terbang yang memungkinkan penggunaan sayap ini. Pertama, teori evolusi tidak punya penjelasan tentang masalah asal mula sayap, karena sayap hanya dapat bekerja jika berkembang bersama sekaligus agar dapat bekerja dengan benar.
Mari kita menganggap, untuk sementara, bahwa gen seekor serangga di tanah mengalami mutasi dan beberapa bagian dari jaringan kulit pada tubuhnya menunjukkan perubahan yang tidak pasti. Sangat tidak masuk akal bila menganggap bahwa mutasi lainnya di puncak perubahan ini bisa "secara kebetulan" menjadi sayap. Lebih dari itu, mutasi pada tubuhnya pun tidak akan menghasilkan sayap secara utuh bagi serangga ini atau pun menjadikannya lebih sempurna, malah akan menurunkan daya geraknya. Akibatnya, serangga perlu membawa beban lebih berat, yang tidak memberikan tujuan apa pun yang jelas. Ini akan membuat serangga ini berada pada keadaan yang tidak menguntungkan di hadapan musuhnya. Bahkan, menurut dasar teori evolusi, seleksi alam akan menimpa serangga cacat tersebut dan keturunannya pun punah.






Mata capung dianggap sebagai bentuk mata serangga paling rumit di dunia. Setiap mata memuat sekitar tiga puluh ribu lensa. Mata ini menempati sekitar separuh dari daerah kepala dan memberi sang serangga wilayah penglihatan yang lebar sehingga ia hampir selalu dapat mengetahui apa yang ada di belakangnya. Sayap capung merupakan suatu rancangan yang rumit sehingga menyebabkan segala pendapat tentang adanya ketidaksengajaan sebagai asal-usulnya menjadi tidak masuk akal. Selaput sayapnya yang aerodinamik dan setiap pori pada selaput tersebut adalah akibat langsung dari perencanaan dan penghitungan.

               Padahal, mutasi sangat jarang terjadi. Mutasi selalu merugikan makhluk hidup, mengakibatkan penyakit mematikan dalam banyak kejadian. Itulah mengapa mustahil suatu mutasi kecil dapat menyebabkan beberapa pembentukan pada tubuh capung untuk berevolusi menjadi suatu gerakan terbang. Setelah semua ini, mari kita tanyakan pada diri sendiri: meskipun kita beranggapan, jika hal-hal lain tak berpengaruh, bahwa jalan cerita yang ditawarkan para evolusionis mungkin saja terjadi, mengapa fosil-fosil "capung terbelakang" yang mendukung jalan cerita ini tidak ada?

PERHATIAN !!!! : 
      Silahkan dicopy isi blog ini dengan menyertakan Alamat URL blog sebagai Referensi (Daftar Pustaka). Terima Kasih telah barkunjung,.. 
By : //Nando